Opini

Bagaimana Potret Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan?

×

Bagaimana Potret Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan?

Sebarkan artikel ini

Potret kehidupan mahasiswa adalah  fase-fase pangkal nya sebuah konflik yang tak akan pernah sirnah. Berbagai ragam problematika bisa kita temui di kehidupan kaum yang mempunyai gelar “ Maha” tersebut. Bila di tinjau secara mendalam kita akan menemukan warnah-warni persoalan yang dimulai dari hal remeh hingga permasalahan yang sedikit rumit.

Perlu kita ketahui beribu-ribu bahkan berjuta-juta problematika itu tersbesit dan memiliki beragam macam makna yang tersirat. Seperti halnya warna-warni dalam sebuah pelangi yang bisa kita artikan sebagai problematika di dunia kampus yang di hasilkan oleh mahasiswa. Hal ini adalah fakta kehidupan bagi mahasiswa yang tak dapat ditolak bahkan dielakkan.

Scroll Kebawah Untuk Lanjut Membaca

Dalam dunia kampus khusunya bagi mahasiswa pensimpangan diantara intelektualias, fashion hidup dan politik sering sekali terjadi. Akan tetapi kabar baiknya di perguruan tinggi sebuah kepribadian, karakter, daya juang, jiwa militansi dan integritas mahasiswa mulai di bentuk sedemikian rupa.

Meskipun dunia kampus sering sekali mengajarkan banyak hal yang memiliki feedback yang lumayan besar untuk mahasiswa. Selain itu ada beberapa upaya yang harus di persiapkan oleh mahasiswa untuk menghadapi era globalisasi pada saat ini.

Sesuai dengan yang di katakan oleh Aristoteles “ Pendidikan itu akarnya pahit namun buahnya yang manis “ dari quoetes tersebut dapat menginspirasi kaum muda khususnya bagi para mahasiswa betapa pentingnya sebuah Pendidikan bahkan Pendidikan bisa di katakan sebagai pilar utama bagi peradaban bangsa dan negara.

Baca Juga :  Mengalir Doa dan Cinta di Haul ke-4 Sang Guru Mulia

Bahkan para tokoh aktivis sosial seperti Mansour Fakih juga ikut andil dalam menyuarakan Pendidikan dari sudut pandang kaum marjinal. Dalam ungkapan beliau yang menyatakan bahwa “ Pendidikan yang membebaskan adalah Cahaya lentera yang menyinari benak mahasiswa, Kini seakan redup, gelap tak tampak”.

Dari kata-kata ini yaitu seolah-olah Pendidikan yangx saat ini berada di negeri tercinta kita sedang tidak baik-baik saja, dan kita sebagai mahasiswa harus segera bertindak dan mencari Solusi untuk mengoptimal kan Pendidikan yang ada di negeri ini. Dan kita harus berkaca lagi terhadap negara tetangga kita,seperti kemajuan Negeri Samurai (Jepang) yang sekarang menjadi raja nya  Asia bahkan dunia dalam bidang ekonomi, teknologi, dan dalam bidang lainnya. Bahkan hal ini menjadi sebuah pertanyaan dalam pikiran kita.

Bagaimana  Negara Jepang bisa menjadi negara maju? Lantas bagaimana konsepnya? Sepertinya tidak perlu Panjang lebar untuk menjawab pertanyaan ini. Tentu saja jawabannya adalah “ Pendidikan”. Begini ilustrasi singkatnya.

Pada bulan agustus 1945, terjadi sebuah pertempuran dahsyat yang menggemparkan dunia yaitu terjadinya perang dunia kedua antara negara Jepang dan Amerika Serikat. Kota Hiroshima dan Nagasaki yang terletak di pusat pemerintahan menjadi tumbal. Dan di hancur leburkan Bom atom yang di luncurkan oleh Amerika Serikat.

Baca Juga :  Rasulullah, Sang Ekonom Ulung

Tragedi tersebut membawa petaka bagi negara jepang yaitu puluhan korban bahkan ratusan ribu jiwa yang tergeletak hancur remuk, aktivitas ekonomi, sosial dan militer menjadi lumpuh total. Yang cukup menarik hingga membuat ribuan orang menggelengkan kepala. Salah satu tokoh yang tersisah yaitu  Kaisar Hirohito dengan penuh semangat dan tekad yang kuat untuk memerintahkan segenap prajurit yang masih tersisa agar menyelamatkan para pendidik(guru) yang masih bernafas.

Hal ini tentunya menjadi sebuah pertayaan, untuk apa menyelamatkan pendidik? Bukankah menyelamatkan Militer jauh lebih penting di bandingkan dengan pendidik? Akantetapi Jepang menyadari bahwa kondisi yang sekarat tersebut tidak memungkinkan untuk bisa bersaing dari segi militer.

Dan salah satu cara untuk bangkit dari keterpurukan adalah dengan mengutamakan guru dengan tujuan agar menjadi Nahkoda dalam Pendidikan dengan penuh harapan agar terlahirnya bibit-bibit unggul sumber daya manusia (SDM) suatu saat nanti.

Dampak program besar-besaran dalam bidang pendidikan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengelola sektor yang ada di negara tersebut. Bisa dikatakan bahwa Sakura telah berkembang dari bawah ke atas menjadi salah satu negara maju di dunia.

Baca Juga :  Membangkitkan Semangat Nasionalisme: Peran Gerakan Pemuda Ansor dalam Menginspirasi Generasi Muda Indonesia

Berkaca dari Negara Jepang, bahwa Pendidikan menjadi senjata pamungkas bagi kemajuan suatu negara. Lantas bagaimana dengan wadah Pendidikan di negara tercinta ini(Indonesia)? Ini menunjukkan bahwa pendidikan harus menjadi “senjata pamungkas” untuk memerangi korupsi, ketertinggalan teknologi, dan kemiskinan di Indonesia.

Namun, masalahnya terletak pada anggaran pendidikan yang hanya sekitar 20% dari APBN—dibandingkan dengan Jepang, yang mencapai 35 persen—serta kualitas guru yang buruk, dengan banyak guru yang tidak memiliki sertifikat.

 

*) Oleh : Andri Saputra, Penulis adalah mahasiswa tadris bahasa Indonesia, universitas al-qolam malang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi nusantarakita.id

**) Rubrik Nusantara terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke no whatsapp : 0857-5187-9190

**) Dapatkan update berita terbaru setiap hari dari Nusantarakita.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp “Nusantarakita,id“, dengan cara klik  kemudian ikuti.

Opini

Penanganan kasus kuota haji oleh KPK menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas lembaga antirasuah. Apakah KPK masih menjunjung asas praduga tak bersalah atau telah terjebak dalam drama politik yang merusak kredibilitas penegakan hukum di Indonesia?